Merupakan sebuah kehormatan besar, Indonesia kembali dipercaya menjadi tuan rumah Crossing Bridges (CB) 15 setelah ditinggal oleh salah satu inisiatornya, almarhum Kristupa Saragih. Dan untuk mengenang almarhum, perhelatan yang diikuti oleh 150 fotografer dari 9 negara ini diadakan di Sumatera Utara, khususnya diseputaran Danau Toba, yang merupakan kampungnya almarhum juga. Tuan rumah untuk kegiatan ini setiap tahun di gilir dan diputuskan bersama pimpinan rombongan untuk menentukan tuan rumah ditahun depan. Opening ceremony (upacara pembukaan) dilakukan dihotel Grandhika, Medan pada tanggal 18 Agustus malam.
Kegiatan Crossing Bridges dimulai sejak tahun 2004 pertama kalinya di kota Yogyakarta yang di inisiasi dan di prakarsai oleh Eddie Ng dari Clubsnap Singapura, Valens Riyadi dan almarhum Kristupa Saragih dengan tujuan agar kegiatan ini dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan jalinan persahabatan fotografer dikawasan ASEAN dan Asia, ujar Valens Riyadi yang hadir di acara pembukaan serta menjadi tuan rumah yang membuka secara resmi kegiatan tersebut.
Persahabatan yang semula hanya terjalin beberapa negara seperti Singapura (Clubsnap), Malaysia (Photo Malaysia), Vietnam (Vnphoto.net), sekarang sudah menambah banyak negera peserta , seperti Philipina (FPPF), Korea (PPK), Tiongkok (Zhuji Folklore Photography Association), Srilangka (viewfinders) dan Taiwan (LDS Club). Dan tahun ini ada tambahan perwakilan dari Australia (Australian Photographic Society).
Indonesia melalui fotografer.net juga pernah menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya ditahun 2009 dalam kurun waktu 15 tahun dalam pelaksanaan event Crossing Bridges. Waktu itu kegiatandipusatkan di kota Padang, Sumatera Barat. Sebagian peserta masih menyimpan kenangan peristiwa gempa dahsyat saat itu, disaat mereka menjadi saksi mata atas peristiwa gempa yang tidak terduga. Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, tidak ada satupun peserta mengalami kecelakaan fisik disaat kejadian. Sehingga peristiwa itu masih membekas bagi mereka yang berada disana saat itu.
Kegiatan inti akan berlangsung dari tanggal 18 – 24 Agustus 2018 mengitari Danau Toba melalui rute Brastagi, Tongging, Silalahi, Tele, Samosir dan pulang melalui kota Pematang Siantar. Salah satu kegiatan yang sangat baik untuk mempromosikan Sumatera Utara yang akan dilakukan oleh fotografer 9 negara dan tanpa perlu didukung oleh instansi manapun, terutama yang berhubungan dengan pariwisata Sumatera Utara.
Semua biaya berasal dari masing-masing peserta dan tentunya mereka pulang akan membagi-bagikan hasil foto mereka di media sosial, potensi wisata di Sumatera Utara akan segera beredar di negara mereka masing-masing. Sebuah kegiatan yang banyak memberikan kontribusi kepada pariwisata Sumatera Utara tentunya.
Sebelum pembukaan di tanggal 18 agustus malam, beberapa peserta dari berbagai negara telah hadir mendahului kegiatan utama, karena mereka umumnya belum pernah ke Medan dan ingin mengetahui kondisi dan kehidupan masyarakatnya, bertepatan lagi dengan perayaan tahunan 17 Agustus yang tentunya banyak pesta rakyat dan budaya yang dapat menjadi objek foto. Seperti peserta Vietnam, masih sempat menikmati 17 Agustus di puncak gunung Sibayak dan peserta Singapura dan Srilangka dapat berkeliling menikmati tempat-tempat wisata maupun melihat kehidupan masyarakat di daerah kampung nelayan, Belawan. Beberapa teman fotografer dari Medan mendapat tugas menjadi pendamping para tamu fotografer tersebut. Fotografer lokal seperti Johnny Siahaan, Heinrico Hardi, Petrus Loo dan Pesta Manullang ikut aktif membantu panitia dalam melayani tamu-tamu dari berbagai negara.
Valens Riyadi, sebagai host (tuan rumah) membuka acara opening ceremony setelah makan malam bersama, sebagai tanda CB 15 segera dimulai. Ketua panitia menyematkan ulos dan topi kebesaran dari etnis Batak kepada masing-masing country leader (pimpinan negara) sebagai tanda kehormatan dan persahabatan dari tuan rumah. Persahabatan teman-teman lama dan teman-teman baru dibuka kembali. Jalinan persahabatan tidak hanya berlangsung pada saat kegiatan satu minggu ini, tetapi diharapkan akan terus berlanjut ketika masing-masing peserta sudah kembali kenegeranya, ujar Shinta Djiwatampu, country leader dari Indonesia dan salah satu peserta CB yang mengikuti semua rangkaian CB dan yang paling di kenal oleh para peserta tentunya.
Saling mengunjungi negara masing-masing biasanya terjadi setelah Crossing Bridges berlangsung. Para country leader naik keatas panggung bersama semua anggotanya untuk memperkenalkan diri serta memberikan kata sambutan. Suguhan tarian selamat datang dan tarian daerah lainnya mendapat sambutan dari peserta yang ada di ballroom hotel Grandhika. Walaupun dalam perjalanannya ada beberapa kendala perjalanan peserta, misalnya ditahan imigrasi di Kualanamu dan masalah diairport Philipina, mereka tetap dapat dengan selamat tiba ditujuan, meskipun ada keterlambatan.
Salah satu yang unik dari kegiatan CB adalah masing-masing negara membawa sesuatu dari negaranya, kemudian dibagi-bagi kepada para peserta dari negara lainnya. Berbagi kasih melalui cenderamata sebagai tanda mata persahabatan di antara negara. Suasana formal menjadi cair ketika mereka mulai berbagi buah tangan dari negaranya dan saling berbagi cerita.
Ketika kegiatan pembukaan resmi sudah berakhir, giliran panitia menjelaskan agenda mulai besok pagi dan sudah akan berangkat jam 5 pagi. Semua peserta di pecahkan dalam 5 bus, dengan sistim acak dan bercampur, ujar Shinta Djiwatampu dan Palty Osfred Silalahi yang mengurusi operasional kegiatan. Sesuai dengan tradisi CB, para peserta wajib bersosialisasi dengan peserta negara lainnya. Sehingga mereka dicampur dalam kelompok yang sudah dibuat oleh panitia. Dengan demikian, mereka akan dipaksa untuk mengenal peserta dari negara lainnya. Itulah salah satu tujuan CB, supaya persahabatan antar negara terjalin disepanjang perjalanan mereka.