7 Tempat Wisata di Melaka Malaysia Dapat di Jelajahi Sekaligus dengan Berjalan Kaki
Ketika bosan di Kuala Lumpur, boleh cari atau sekedar meluncur ke kota – kota terdekatnya. Sebagian besar sering berwisata ke Kuala Lumpur, tapi jarang mencoba daerah lainnya. Saya memilih kota Melaka sebagai pilihan kali ini karena memang sudah lama tidak pernah ke Melaka, mungkin sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Ini akibat tiket murah Airasia setahun lalu, terpaksa tiketnya harus di eksekusi setahun kemudian. Bagi yang koceknya pas – pasan, biasanya lebih mengincar tiket murah Medan – Kuala Lumpur atau Medan – Penang. Karena selain dekat, sangat memudahkan akomodasi, bahasa dan tidak mahal biaya hidupnya.
Kali ini eksekusi tiket murah saya ke Kuala Lumpur, Malaysia. Ditemukan sudah ada perubahan dikota ini, minimal MRTnya sudah beroperasi. Salah satu jaringan transportasi kereta api bawah tanah yang sangat memudahkan dan mempercepat perjalanan kita disekitar kota. Dan sudah ada 4 pintu masuk keluar di daerah Bukit Bintang, selama masa pembangunannya membuat jalan dilokasi carut marut dalam waktu yang relatif lama.
Perjalanan menuju Melaka dari Kuala Lumpur
Waktu yang panjang di Kuala Lumpur terasa menjenuhkan. Untuk itu saya memilih satu hari penuh perjalanan pulang pergi dari Kuala Lumpur (KL) ke Melaka dengan menggunakan jalur transportasi publik. Secara umum transportasi publik di Malaysia sudah lebih baik bila dibandingkan dengan Medan, terutama di kota – kota tujuan wisata.
Setelah melalui serangkaian survey dan bertanya kepada receptionist hotel Corona Inn tempat saya nginap, saya mulai jalan bersama istri dari hotel sekitar 08.30. Sebenarnya harusnya lebih pagi supaya menghemat waktu perjalanan. Keluar dari hotel kami berjalan melewati jalan Alor yang masih sepi, beda jauh dengan suasana ketika di malam hari. Untuk menuju ke stasiun MRT, kami harus melintasi jalan Alor sampai ujung atas jalan Alor baru ketemu pertigaan jalan, diujung jalan ada gereja Baptis, kemudian belok kanan arah ke jalan Bukit bintang. Disudut jalan ada KFC (Kentucky Fried Chicken), di depannya sudah ada stasiun MRT (pintu masuk/ keluar). Tinggal mengikuti anak tangga turun ke bawah.
Masalahnya kemudian : cara membeli tiket dan mau kemana?
Biasanya ini hanya masalah pertama kali, baru pertama juga melihat kondisi didalam stasiun. Caranya hampir sama dengan MRT di Singapura maupun di Bangkok. Pembelian tiket harus di mesin yang sudah ada disekitarnya, mirip mesin ATM. Kita tinggal memilih tujuan dan harga langsung ada, kita masukkan uang kertas atau uang logam dengan nilai yang sama atau diatasnya. Bila uang kita lebih atau tidak ada uang kecil, jangan khawatir, nanti ada kembaliannya di bagian bawah mesin yang keluar bersama tiket, tiketnya berbentuk coin yang jadi sensor ketika kita melalui palang pintu masuk dan di masukkan ke lubangnya ketika kita keluar nanti di stasiun yang kita tuju. Gampang ya … harus sedikit butuh waktu untuk mempelajarinya.
Kami menuju stasiun Bandar Tasik Selatan (TBS), karena diinformasikan pilihan bus disana sangat banyak dan hampir setiap jam ada. Jalur MRT tidak bisa langsung menuju TBS, harus berganti kereta api beberapa kali. Pelajari dengan baik jalur tranportasi terkoneksi yang disebarkan melalui cetakan maupun yang terpajang di dinding-dinding stasiun. Peta berbentuk cetakan dapat diminta di pusat informasi disetiap setasiun.
Bandar Tasik Selatan (BTS) VS Terminal Bersepadu Selatan (TBS)
Mengapa saya buat judul diatas ? Karena saya selalu dibuat bingung dengan kedua nama diatas dan kependekan hurufnya pun hampir sama, lokasinya juga sama. Pening kadang untuk mengingatnya. Coba disini saya jelaskan dan mudah-mudahan tidak salah, kalau ada salah, mohon bantu koreksi ya. Dibawah artikel ini ada kolom komentar. Sobat Klayapan bisa buat tulisan koreksi dikolom tersebut.
Stasiun Bandar Tasik Selatan (BTS) terletak didaerah yang namanya Bandar Tasik Selatan yang terintegrasi dengan Terminal Bersepadu Selatan (TBS) yang merupakan stasiun bus yang besar. Stasiun BTS sendiri merupakan stasiun interchange atau tempat pertukaran kereta api untuk jenis :
- KTM Komuter
- KTM electronic train service
- Light Rail Transit (LRT)
- Express Rail Link (ERL) for KLIA transit
Lebih jelasnya dapat dilihat dipeta jalur kereta api yang mudah didapatkan disetiap stasiun diatas, atau dijaringan stasiun MRT. Sampai di BTS, baru kita jalan ke TBS (jalannya sudah tembus, tidak perlu lagi melalui jalan raya). Sampai di TBS, barulah kita lihat sebuah terminal bus yang setara dengan kelas terminal pesawat udara. Sangat besar dan rapi proses pelayanan pembelian tiket sampai ke ruang tunggu untuk diberangkatkan. Semuanya seperti kita hendak naik pesawat terbang dan yang lebih luar biasa lagi, jadwalnya on time (tepat waktu). Jangan coba-coba berleha-leha dengan waktu disini. Tidak perlu menunggu bus sampai penuh penumpang.
Perjalanan ke Melaka perlu waktu sekitar 1.5 jam. Kita dapat membeli tiket pulang pergi, bila sudah memastikan jam berapa mau kembali dari Melaka. Bisa juga beli nanti ketika tiba di stasiun Melaka (Melaka Sentral). Sistem ticketing sudah electronic, langsung di print out, layaknya seperti boarding pass.
Tiba di Melaka (Melaka Sentral)
Melaka Sentral tidak sebesar TBS, namun ada juga mall nya yang mengelilingi tempat pembelian tiket. Areal parkir bus nya juga sangat luas. Masalahnya sekarang, bagaimana cara kita menuju ke kota atau ke pusat heritagenya kota Melaka? Ada beberapa alternatif pilihan transportasi. Bisa dengan bus umum, bisa dengan taxi argo dan bisa dengan taxi online. Perlu diperhatikan bahwa taxi online tidak diperkenankan masuk ke areal terminal, harus diluar. Ini sedikit agak repot ketika kita berdiri nunggu disuatu tempat yang kita tidak paham dan si pengemudi (driver) cari-cari dimana kita berada. Karena posisi GPS kita berapa lebih sering tidak tepat. Hal inilah yang saya alami ketika itu … padahal mobilnya sudah ada di depan kita yang jaraknya sekitar 100 m. Terjadilah saling mencari.
Naik bus pasti lebih murah. Masalahnya harus ditunggu, dan entah kapan datang bus antar kotanya. Kalau naik taxi biasa ada disekitar terminal dan tentu harganya agak mahal. Kebetulan ada wisatawan Hongkong yang ngajak naik Grab. Saya lupa harganya, sekitar RM. 8 atau 12. Saya berdua, mereka juga berdua, jadi 4 orang cukup untuk satu mobil. Tujuannnya langsung ke kawasan Red Square yang terkenal dengan Gereja Merah, Jonker Walk dan lain-lain. Mari kita jelajahi satu per satu.
1. Christ Church Melaka
Didaerah ini sering disebut Red Square atau Dutch Square atau ada yang sebut gereja Merah. Tempat inilah merupakan landmark kota Melaka dan pusat heritagenya Melaka. Bangunan gereja merah dengan gaya Kolonial Belanda menurut literatur dibangun pada tahun 1753. Disamping gereja ada bangunan tua juga yang dinamakan Stadhuys, dulunya berfungsi sebagai balaikota atau kantor Gubernur penjajahan Belanda. Sekarang berfungsi sebagai museum.
Apabila kita naik bus atau taxi online, Christ Church dapat menjadi patokan tempat pemberhentian. Dari sini kita bisa berjalan kaki mengitari 6 tempat wisata (termasuk Christ Church).
Ditengah keramaian Red Square / Dutch Square/ Christ Church bagian di tengah atau depan gereja merah ada Victoria Fountain, ada air mancur dan tempat santai. Tapi kalau siang hari terlalu panas disini. Ada Menara Jam Tan Beng Swee (Clock Tower) dan diseberang jalan ada miniatur kincir angin (Windmill Belanda). Wisatawan yang hadir disini pada umumnya hanya untuk berfoto-foto. Jarang ada yang belajar sejarah disini.
Bagi yang mau keliling naik beca, disini banyak tersedia beca sepeda dengan tema-tema cartoon anak-anak, seperti baby shark, sponge bob, hello kitty, dll. Diatas beca juga ada hiburan musik yang menggelegar. Rutenya mengelilingi kawasan heritage dan Jonker walk.
2. Reruntuhan Gereja St. Paul
Setelah cukup bermain di sekitar Red Square / Christ Church atau gereja merah, biasanya saya naik anak tangga keatas, dimana posisi bangunan Stadthuys berada yang sekarang berfungsi sebagai museum. Bagi yang senang mempelajari sejarah kota Melaka bisa beli tiket masuk. Saya sendiri belum pernah masuk, karena melihat keterbatasan waktu dan masih banyak lokasi yang harus di jalani. Sambil jalan kita dapat melihat lokomotif kereta api jaman dulu yang dipajang di depan bangunan tua dan bangunan yang menulis nama “Cheng Ho”. Laksamana Cheng Ho yang juga kita kenal di tanah air, khususnya di Jawa Tengah, Kota Semarang. Jejak Laksamana Cheng Ho ada juga di kota Melaka. Museumnya tidak disini, tapi di Lorong Hang Jebat Kawasan Jonker Walk, tidak jauh dari Red Square.
Naik lagi menyusuri anak tangga sampai ke atas bukit baru ketemu St. Paul Church (reruntuhan gereja St. Paul) yang dibangun pada tahun 1521. Konon kabarnya merupakan gereja tertua di Asia Tenggara. Lumayan juga mendaki anak tangga yang harusnya tidak terlalu tinggi.
Akibat kebakaran di tahun 1824, gereja ini pernah dialih fungsikan menjadi pabrik bubuk mesiu. Kebetulan sedang ada acara “Melaka Art & Performance 2018” di reruntuhan gereja St. Paul. Didalamnya masih ada ruang terbuka yang cukup luas, sehingga dapat di manfaatkan untuk membuat pagelaran yang sederhana. Beberapa seniman dari negara tetangga dan mancanegara ikut mengisi kegiatan tersebut. Walaupun tidak terlalu banyak pengunjung yang menyaksikannya.
3. A Famosa (Porto de Santiago)
Setelah selesai berkeliling di atas St. Paul Church, kami turun melalui arah yang lain. Tidak lagi melalui jalan naik tadi. Dari atas bukit ini kita dapat melihat sebagian kota Melaka.
Sambil menikmati suasana perbukitan, kami turun ke bawah melalui anak tangga yang banyak. Sampai di bawah langsung ketemu A Famosa, benteng peninggalan jaman Portugis di Melaka yang dibangun pada tahun 1511. Bangunan benteng juga merupakan sisa reruntuhan dengan dihiasi di bagian depan benteng ada beberapa peninggalan meriam. Sebenarnya bangunan benteng ini hanya tersisa sedikit saja, namun masih terawat dengan baik. Sama seperti bangunan yang lain, wisatawan kesini hanya untuk berfoto-foto. Durasi waktunya tidak terlalu lama biasanya, mungkin maksimal orang hanya ada disini sekitar 15 menit. Apalagi bila cuaca panas, sudah pasti tidak tahan berlama-lama.
Di gerbang A Famosa masih ada tulisan Porto de Santiago. Pada saat berada disini, lagi ada pertunjukkan tarian dari penari – penari Indonesia. Mereka berasal dari salah satu daerah di Pulau Jawa. Saya lupa namanya, padahal sudah berkomunikasi dan banyak mengambil foto mereka di lokasi.
4. Dataran Pahlawan Melaka Mega Mall
Didepan bentang A Famosa ada lapangan atau alun-alun yang sangat luas, ada museum proklamasi di sebelah kiri dan sebelah kanan ada Mall rupanya. Baru kali ini tahu ada mall disekitar sini, kami coba masuk kedalam. Mall nya cukup besar dan lengkap, kami tidak mengitari seluruhnya, karena tujuannya mau cari AC untuk beradem ria, akibat cuaca panas diluar.
Sepintas Dataran Pahlawan Melaka Mega Mall ini lumayan dihiasi dengan tenant-tenant bermerek terkenal. Kalau dilihat dari sisi tenant, maka mall nya dapat dikategorikan sebagai mall menengah keatas. Demikian juga kuliner dan ngopi franchise kelas internasional juga ada disini, food court juga ada. Mau berbelanja dan makan-makan sudah lengkap ada disini.
5. Street Art di Malacca River
Selepas menjelajahi kawasan Red Square (Christ Church), ST. Paul Church, benteng A Famosa (Porta de Santiago), Lapangan Proclamation of Independence Memorial, Dataran Pahlawan Melaka Mall (buat adem dapat AC), kami pun menyeberang jalan dari kasawan Red Square kearah Jonker Walk (Jonker Street). Dari atas jembatan terlihat sungai dengan kiri kanan bagunan yang tertata rapi.
Dari berbagai sudut jalan kita bisa turun ke tepian sungai, saya turun dari jembatan, karena disekitarnya ketemu jalan turun. Disamping sungai ada trotoar yang difungsikan untuk pejalan kaki. Jadi kita dapat berjalan kaki disepanjang pinggir sungai. Sepertinya perlu dicari waktu dalam satu hari menyisir sepanjang sungai. Rumah – rumah di kiri kanan sungai sudah disentuh street art, dindingnya sebagian besar sudah warna warni dan lukisan – lukisan yang menarik perhatian. Artinya pemerintah kota sudah menata daerah ini menjadi kawasan wisata yang sepenuhnya dan menarik perhatian.
Berbagai jenis café berdiri dirumah – rumah lama dengan gaya-gaya café eropah, mungkin akan lebih asyik bila malam datang kesini. Karena kalau siang sangatlah panas udaranya. Sinar matahari juga sangat menyengat. Perabotannya juga yang jaman dulu yang disukai wisatawan bule.
Banyak kapal Cruise River yang lalu lalang. Boat wisata sungai tersedia, seperti dikota Amsterdam. Jadi teringat sungai Deli di kampung kami, bisa juga dibuat seperti ini. Tapi entah butuh berapa tahun lagi. Sungai ini sudah lumayan bersih, karena tidak terlihat ada sampah yang mengalir.
Harga tiket River Cruise:
- RM 18 (Senin – Kamis)
- Rm 23 (Kamis – Minggu dan public holiday)
- RM 10 untuk anak – anak usia 2 – 12
Kabarnya kapal ini akan mengarungi sungai sepanjang 9 km dalam waktu 45 menit. Menarik buat yang suka jelajah melalui sungai dan alternatif lain untuk melihat kota Melaka dari sisi yang berbeda dan bebas dari kemacetan.
6. Gereja St. Francis Xavier
vKetika menyusuri jalan setapak di bibir sungai yang sangat nyaman untuk pejalan kaki, menatap kedepan sudah kelihatan Gereja St. Francis Xavier yang cukup tinggi bangunannya diantara bangunan lainnya. Kaena dikawasan heritage mayoritas bangunan tua didaerah ini, jadi tidak ada gedung tinggi yang menghalangi.
Dari jembatan Chan Koon Cheng yang direovasi tahun 2009 (ada prasasti dijembatannya) kami menyeberangi sungai. Kalau mau jalan terus menyusuri sungai bisa saja, tentu akan makin jauh meninggalkan kawasan Red Square. Dari jembatan itu sudah terlihat jelas bangunan gereja dan kami makin mendekatinya. Konon kabarnya gereja ini dibangun tahun 1849 dan untuk memperingati jasa-jasa St. Francis Xavier di Melaka sebagai seorang misionaris Katolik yang ditugaskan oleh John III, Raja Portugal saat itu.
Setelah puas menatap bangunan gereja yang tepat ditepi jalan raya yang menuju ke kawasan Red Square, kami kembali berjalan ke tempat semula. Artinya jalan menyusuri sungai tadi berbalik arah kembali ke jembatan dekat Red Square. Kami menuju ke Jonker Walk setelah melalui semua rute, karena hari pun sudah menjelang malam, saatnya berburu kuliner di Jonker street / walk.
7. Jonker Walk / Jonker Street
Hanya menyeberang jalan dari kawasan Lanmark Melaka (Christ Church / Stadthuys), kemudian melewati jembatan yang ada sungai tempat dilalui river cruiser, sudah ketemu kawasan Jonker Walk. Pasar ini ramai hanya setiap malam di Sabtu Minggu, yang lebih popular disebut weekend night market. Mau siang hari setiap hari kesini juga bisa, namun hanya bisa melihat toko – toko makanan atau barang lainnya yang memang terbuka setiap harinya. Tidak ada orang jualan di pinggir jalan seperti layaknya night market atau pasar malam.
Banyak yang bisa ditemukan disini selain kuliner. Namun makanan masih mendominasi, selain toko souvenir, pakaian, accessories, dan lain – lain. Beberapa kuliner khas dan wajib dicoba disini seperti : Chicken Rice Ball, Nyonya Laksa, Duck Noodle, jajanan street food seperti dimsum, popiah, onde – onde, coconut shake, aneka seafood dan lain – lain. Ada Tandon Chicken, Naan, Satay Celup, cendol, banyak lagi yang lain.
Cocoknya tiba disini sore menjelang malam, ketika sudah capek mengelilingi tempat lain. Mereka mulai memajang barang jualannya menjelang pukul 6 sore hari. Dengan sendirinya cuaca terik matahari sudah mulai menghilang. Tadi siang kami makan siang disini dan sudah mencoba rice ball nya. Setelah habis keliling, baru kembali lagi. Suasananya sudah berbeda ketika siang tadi disini. Kuliner street food nya baru keluar semua menjelang sore hari. Makin malam, makin ramai jalanannya. Ada panggung buat yang mau nyanyi, tempatnya penduduk lokal menunjukkan kebolehan bernyanyi karaoke.
Yang mau pesan taxi online (Grab) ada baiknya setelah sampai ke ujung jalan, karena di jam padat, semua jalanan macet menuju ke Jonker Walk. Di ujung jalan ada Gereja Methodist Tamil, di bagian jalan itu agak sepi dan mudah dicapai kendaraan bermotor. Taxi konvensional juga kumpul disana. Karena saya tidak nginap di Melaka, bus terakhir jam 9 malam. Terpaksa harus cepat meninggalkan Jonker Walk untuk kembali ke Melaka Sentral, stasiun busnya kota Melaka.
Bye Melaka …
Keren sekaliiii…
Jujur, saya belum pernah ke Malaysia, tapi itu merupakan salah satu dream saya sih….
Setahu saya Malaysia itu terkenalnya di Menara Kembar, itu doang yg saya tau….
Tapi sekarang, W.O.W……
Saya penasaraannnnnn….
Mudah2an bisa kesana tahun ini ….
Mari menabung anak-anak muda….
My Word, My dream, My Prayer,…😇
Keren sekaliiii…
Jujur, saya belum pernah ke Malaysia, tapi itu merupakan salah satu dream saya sih….
Setahu saya Malaysia itu terkenalnya di Menara Kembar, itu doang yg saya tau….
Tapi sekarang, W.O.W……
Saya penasaraannnnnn….
Mudah2an bisa kesana tahun ini ….
Mari menabung anak-anak muda….
My Word, My dream, My Prayer,…😇
makasih bu
Mengunjungi satu tempat wisata aja udah sangat menyenangkan.. apalagi kalau tujuh sekaligus hanya dengan berjalan kaki… Wow it’s so fun. Hemat tapi bisa menikmati berbagai keindahan yang tersimpan di setiap tempat wisata yang ada.
Nantilah👍👍👍👍👍👍👍
Terkejut saia terheran2 lho :v
Makan daging anjing dengan sayur kol:v
Besok Saia pergi ke tempat ini lah 😘
Percayalah 😅😂😂
Bei wae wae Mane sioherman😂😂😅
Wkwkwkwkwkwk
Saia sangat suka lhooo
Ciusssss
Gak bohong
Andai ada org yg baik hati ngasih Saia tiket
Percayalah Saia akan pergi 😂😂
Yodahlahh,,,
Lanjutin Truss Malaysia👍👍👍
Indonesia akan menyaingi anda dengan diam2 😂😂
Sioherman
Nantilah mksdnya👍😅
Wow.
Rencana mau ke Melaka akhir tahun ini, Klayapan menjadi website favorit dalam mencari informasi traveling baik dalam hal transportasi, landmark maupun kuliner.