Shwedagon Pagoda, Myanmar
Shwedagon Pagoda, Myanmar – Walaupun sejak dulunya dianggap sebagai negara tertutup, sosialis, terbelakang dan mengalami berbagai gejolak politik yang tidak habis – habisnya, namun tidak membuat negara eksotik ini sepi dari wisatawan mancanegara. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Myanmar terus berbenah untuk menjadi lebih terbuka, terutama untuk wisatawan dan investor asing. Dengan melepaskan Aung San Suu Kyi dari tahanan politik dan memberikan kebebasan untuk ikut pemilu dan duduk di parlemen, memberi petunjuk bahwa junta militer di Myanmar telah berusaha tampil sebagai negara demokratis dan terbuka.
Peluang ini juga dimanfaatkan dunia fotografi international dan nasional. Sudah banyak fotografer nasional yang berkunjung dan meng-eksplor spot- spot eksotik di berbagai wilayah di Myanmar, seperti Yangon, Bagan, Mandalay dan Inya Lake. Melihat hasil foto teman – teman di Jawa, akhirnya Toba Photographer Club (TPC) Medan juga tertarik membawa teamnya masuk ke negara yang agak ditakuti ini, terutama dari segi keamanan. Semuanya itu menjadi buyar ketika kita tiba di negaranya.
Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha terdapat ribuan situs bersejarah umat Buddha, seperti Pagoda, yang dipercaya telah berdiri selama ribuan tahun. Salah satunya, Shwedagon Pagoda adalah pagoda yang paling terkenal di ibukota Yangon dan yang paling banyak pengunjungnya. Sebagai monument besar berbentuk kerucut Buddha yang menjadi mahkota dari bukit sekitar satu mil utara Cantonment. Pagoda itu sendiri adalah batu stupa padat yang benar – benar tertutup dengan emas. Tingginya 99M diatas bukit yang tingginya 51 M diatas kota. Pada saat kami berada disana, atap pagoda terbesar sedang diperbaiki, sehinga secara fotografi menjadi banyak cela yang tidak enak dilihat.
Salah satu yang kurang enak bila memasuki area pagoda di Myanmar adalah kita wajib berjalan tanpa alas kaki alias kaki ayam. Yang paling menyakitkan pada saat udara panas di siang hari, kita harus berjalan diatas batu atau lantai yang sangat panas. Jadi bila berpergian ke Myanmar, cukup memakai sandal jepit yang mudah dibuka kapan saja. Hal yang sama bila melihat keseharian penduduk setempat, dengan mengenakan sarung dan sandal jepit.
Shwedagon dikenal orang lokal dengan nama Shwedagon Zedi Daw The, menurut berbagai catatan telah berusia 2.600 tahun dan menjadikan Shwedagon sebagai pagoda tertua di dunia. Namun tidak ada dokumen resmi yang membuktikannya dan umurnya menjadi bahan perdebatan. Yang penting saat ini Shwedagon tiap hai penuh sesak dengan orang – orang, baik yang datang untuk berziarah maupun hanya sekedar berwisata.
Although it was once considered as a closed-country, socialist, under-developed and suffered with unfinished various of political, it did not make this exotic country lack of tourism. Within the last 5 years, Myanmar continues to improve itself to become more open, particularly for tourists and foreign investors. With the release of Aung San Suu Kyi from political prisoners and allowed the right to vote and sit in parliament, given signs that the military junta in Myanmar has tried to appear as a democratic and open-country.
This opportunity is used by national and international photography to visit and explore the exotic places in various regions in Myanmar, such as Yangon, Bagan, Mandalay and Inya Lake. See the photos taken by our friends in Java island, Toba Photographer Club (TPC) is also interested in bringing his team to visit the country. Concern with the security and safety in places open to foreigners, Myanmar is relatively safe, with little crime.
Myanmar is predominantly Buddhist. There are thousands of historical Buddhist places, such as Pagoda, which is believed had built more than a thousand years. One of the pagodas is known as Shwedagon Pagoda, is the most popular and well-known pagoda in Yangon. The pagoda is one of the main tourist destinations in Myanmar. As a large cone-shaped Buddhist monument that crowns the hill about one mile north of Cantonment. Its shape and surrounding structures, equally mesmerizing is its golden glow. It rises 326 feet (99 m) on a hill 168 feet (51 m) above the city. The pagoda is plated with solid gold bars. At the time we were there, the largest pagoda roof is being repaired, thereforethe photographs are not good enough.
As a mark of reverence when visiting Shwedagon Pagoda, visitors should dress appropriately and modestly. You are expected to be barefooted when entering Shwedagon Pagoda. The greatest difficulty lies when walking with barefoot on the hottest floor throughout the sunny day. Traveling to Myanmar is comfortable enough with sandal which you can take off anytime as you like. This is the same with local people, everyone seemed to be comfortable with walking barefoot – indoors or outdoors, smiles reddened by bloody red juice from chewing betel nut; as well as being used to images of men wearing a sarong and sandal.
Shwedagon Pagoda is locally known as Shwedagon Zedi Daw.According to legend, it was constructed more than 2,600 years ago, making it the oldest Buddhist stupa in the world. However, there is no official document to prove it and generally becomes the subject of debate. Nowadays, Shwedagon is one of the main tourist destinations in Myanmar, either the purpose is for pilgrimage or just for travel.