Ribuan anak muda memadati Gunung Sibayak di hari HUT perayaan kemerdekaan RI ke 73 tahun 2018
Sudah menjadi suatu kebiasaan, setiap tahunnya ada perayaan hari kemerdekaan RI di puncak Gunung Sibayak. Namun kali ini tidak ada sama sekali aktivitas atau pun tanda-tanda adanya upacara. Walaupun ada ribuan orang yang berada di kawasan gunung Sibayak, dari mulai diparkiran, sepanjang perjalanan sampai dipuncak. Tidak ada aktivitas pengibaran bendera atau upacara bendera seperti yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga terasa, ketika tidak banyak publikasi setelah lewat tanggal 17 Agustus 2018, berarti juga tidak ada kehadiran awak media di puncak Gunung Sibayak.

Kehadiran klayapan tidak direncanakan sebelumnya. Boleh dikatakan sangat mendadak, malam sebelum keberangkatan baru diputuskan team panitia Crossing bridges 15 untuk membawa tamu dari Vietnam menuju ke puncak gunung Sibayak. Berarti hanya bisa tidur 2 jam, sebelum ke jam 2 subuh sebagai jam keberangkatan yang telah ditentukan. Harus tepat waktu, agar tidak tertinggal sunrise dipuncak Sibayak.

Karena sudah sekitar 6 tahun lebih tidak lagi pernah melakukan pendakian atau lebih tepatnya hunting sunrise, sudah tidak lagi hapal dengan bagaimana rute perjalanannya. Walaupun sudah beberapa kali berada di puncak Sibayak. Sebelum berangkat, saya sempat diskusi dan menanyakan tempat dimana kondisi jalan mobil menuju parkiran, dulunya sudah rusak parah, sehingga mobil kecil tidak akan sanggup dengan tikungan tanjakan diserti dengan lubang besar disepanjang jalan. Itu cerita lama dengan berharap jalan tersebut telah diperbaiki karena sudah hampir 10 tahun.

Dari mulai keberangkatan kami sudah mulai merasakan tanda-tanda buruk, karena mendekati lokasi, hujan mulai turun. Satu hal yang sangat tidak enak, bila mau mendaki dan motret disertai hujan. Di perparah lagi ketika kami salah jalan, mau berbalik arah, mobil terpacak ditengah jalan dan seperti ditengah hutan yang tidak ada penerangan dan tidak ada manusianya. Namun berkat Yang Maha Kuasa, kami masih bisa keluar dari kemelut itu. Setelah mendekati lokasi perparkiran, baru terlihat ramainya mobil dan sepeda motor disisi jalan. Awalnya saya kira itu sudah mendekati parkiran yang bisa langsung mendaki gunung… walah… ternyata bukan. Lokasi parkir sekarang sebelum melewati tanjakan jalan yangrusak-rusak itu. Ternyata yang rusak dari jaman dulu belum ada perbaikan. Padahal ini daerah tujuan wisata yang didatangi oleh ribuan orang, termasuk turis asing. Tidak ada perbaikan sekali dan tambah parah.

Tanda-tanda buruk lainnya, ketika kami harus berjalan kaki diatas tanjakan jalanan aspal yang rusak penuh lubang. Tanjakannya sangat terjal dan butuh waktu 20 menit untuk melintasi medan berat ini. Setelah itu baru ketemu lagi lapangan parkir yang penuh dengan kendaraan roda dua dan warung-warung yang tidak beraturan tentunya. Sampai disini beberapa tamu kita sudah terlihat kelelahannya, karena harus menenteng tas kamera yang lumayan berat. Melihat tanjakan pertama mulai pendakian, mulai lah berguguran yang mau naik. Sebagian dari kami tinggal dibawah, sisa 5 orang melanjutkan kembali pendakiannya.

Apa yang hendak dikata, parkir ditepi jalan, perjalanan pun kita mulai. Rupanya disini pun sudah ada areal parkir berikut dengan warung-warungnya. Kondisi warung serba darurat, dan tenda camping sudah ada dimana-mana. Parkir sepeda motor penuh sesak. Belum lagi ini nanti sampahnya berserakan, karena jumlah manusia nya terlalu banyak. Sudah lazim sulit menemukan tong sampah, toilet (wc) umum yang merupakan fasilitas dasar yang sangat umum. Tapi yang gampang ditemukan adalah petugas penjaga retribusi. Biayanya Rp. 10.000 per orang, kutipan dari Dinas kehutanan Pemprov Sumatera Utara, UPT Pengelolaan Tahura Bukit Barisan. Kenapa gampang ditemukan? Karena beliau langsung mencegat dan menanyakan kita. Tidak ada pencacatan atau registrasi nama-nama yang mau naik ke puncak Sibayak, yang penting harus bayar.

Lokasi pendakian pendek ini ada didesa Semangat Gunung, sekitar 60 km dari kota Medan. Jalan yang mudah dicari adalah melalui samping jalan Hotel Sibayak, simpang jalan yang mau menuju ke Gundaling. Mau ke Gundaling juga ada 2 kali retribusi, satu di gerbang dekat pasar buah dan satu lagi ketika mendekati Gundaling diatas. Resmi atau tak resmi, itu lah yang terjadi di lapangan dan itulah kondisi pariwisata di Sumatera Utara. Lokasi pendakian ini sebenarnya cocok untuk pemula atau hanya sekedar ingin melihat sunrise. Karena perjalanannya sudah melebihi pertengahan jalan pendakitan. Hanya tinggal 1β2 jam perjalanan saja. Pendakian yang sebenarnya membutuhkan waktu 4β5 jam, tergantung kondisi masing-masing pendaki.

Gunung Sibayak berada di 2.094 MDPL didataran tinggi Karo, bagian dari Hutan Raya Bukit Barisan sudah menjadi alternatif pendakian buat para siswa sekolah dan mahasiswa. Hal ini sudah menjadi kebiasaan sejak jaman dahulu. Dulunya sebelum erupsi Gunung Sinabung lebih berat dibanding dengan Gunung Sibayak. Jadi bagi yang sudah pernah mendaki Sibayak, boleh mencoba Sinabung yang belum ada tangga-tangga nya. Sedangkan Gunung Sibayak sudah ada anak tangganya, sehingga lebih memudahkan pendakian bagi pemula. Namun saat ini, semua anak tangga itu sudah hancur, dan tidak ada lagi pemeliharaannya. Karena sering terjadi longsor di daerah pendakian. Banyak tempat yang cukup mempersulit pendakian ataupun ketika hendak turun. Sehingga di hari yang penuh keramaian, jalan setapak untuk pendakian menjadi macet total. Karena tidak bisa dua arah, jalan dan tebing yang terlalu sempit. Harus saling menunggu, antara yang naik maupun yang turun.Terjadilah tumpukkan orang ditempat-tempat tertentu ketika mau turun.

Baru pertama kali melihat puncak gunung Sibayak penuh dengan tenda-tenda kemah (camping), seperti bumi perkemahan pramuka. Buat yang motret tentunya bagus foregroundnya, tidak kosong. Namun dapat kah sobat Klayapan membayangkan dimana kotoran dari ribuan manusia itu? Mulai dari segala jenis sampah sampai kotoran dan tubuh mereka sendiri. Sampah plastik ada dimana-mana, tapi ada juga anak muda yang turun membawa sampahnya sendiri. Sungguh dapat memberikan teladan kepada yang lain, namun hanya ada satu yang ketemu, mungkin masih ada yang lain tapi kita tidak ketemu.

Hari ini ternyata tidak sia-sia sampai ke puncak Gunung Sibayak. Cuaca cerah dipagi hari, walaupun sunrise sudah terlewatkan, karena banyaknya rintangan diperjalanan. Langit juga cerah dan biru menyinari lautan manusia yang ada di puncak Sibayak. Seperti kebanyakan orang kita, selfie lah yang menjadi menu utama. Menikmati alam dengan foto-foto. Sedikit berbeda dengan wisatawan asing yang banyak berseliweran juga.
Semoga pariwisata Sumatera Utara terus melakukan perbaikan …
Saya tidak percaya kalau pejabat-pejabat departemen pariwisata tidak pernah “study banding” atau “jalan-jalan” bawa keluarga ke negeri jiran terdekat (malaysia, singapura), knapa mereka tidak bisa berbuat mencontohi negara jiran? Tak usah samalah, mirip-mirip 30% saja apakah tidak sanggup?? Miris liat keadaan pariwisata sumatera utara. Kalau saya ada tamu atau teman yang datang dari luar negri cuma bisa bawa ke bolang atau ucok saja.
Semangat Hikking sembari menikmati indahnya alam indonesia..
thank you klayapan ^_^
Wah semangat yang dimiliki muda mudi Indonesia semoga tetap jaya selamanya
#klayapan
Wahhhhπππ
Mantap jiwa lahπππππππππ
Maju terus pemuda Indonesia ππππ
Be the best people lahπππ
Kapan2 Saia juga Kesitu lahππππ
#Tuman
#smkdc
#klayapan