Jalan santai dan cerita serius seputaran George Town, Penang

Di Penang, George Town memang merupakan salah satu tujuan wisata yang tidak bosan – bosannya untuk kita singgahi. Artikel George Town sepertinya sudah yang kedua kali disini. Lokasinya sama, tapi tetap saja memberikan nuansa dan mood yang berbeda. Demikian juga dengan isi ceritanya.

Cheong Fatt Sze Mansion Cheong Fatt Sze Mansion

Kali ini saya jelajah dari sisi lain. Karena diberi kesempatan nginap di The Edison Hotel yang terletak di George Town, maka tidak lagi harus naik bus gratis (Hip Hop) dari Komtar yang biasa saya lakukan. Salah satu kota yang masih punya bus gratis dan busnya tidak pernah penuh. Tidak terbayang bila itu ada di negara kita.

Equator CollegeGedung Harian The Star

Interior Harian The Star

Kali ini cukup jalan keluar dari hotel The Edison sudah ketemu St. George Church dan kelenteng Kwan Im yang posisinya berdekatan. Yang asyiknya lagi baru kali ini ketemu kantor harian “The Star”, Koran berbahasa Inggris terbesar di Penang. Tidak hanya sekedar kantor, bangunan yang luasnya sekitar 3 ruko itu, dibawahnya ada toko buku dan souvenir. Pengunjung dimanjakan dengan tempat duduk dan meja, bisa sambil baca koran gratis. Seperti tempat bersantai dan nampak beberapa wisatawan duduk sambil baca koran harian. Banyak buku – buku sejarah, budaya, kuliner, herritage jarang ada ditoko buku biasa. Suasananya menyenangkan buat orang yang senang buku dan sejarah tentunya.

Rumah Etnis India

Kantor UmnoGedung Sekolah

Sambil lalu saya menemukan literature yang berjudul “Perjalanan Harmoni, Satu Lawatan Teroka Sendiri”. Dimana di jelaskan tentang sejarah masuknya orang Eropa, Tionghua, India dan Melayu di daerah George Town. Berikut juga dengan jejak sejarah Islam, Kristen, Buddha dan Hindu yang berkembang mengikut dengan suku bangsa yang masuk kesana. Sedikit membuka wawasan tentang sejarah Penang dan belum pernah saya temukan sebelumnya.

Becak Wisata di Penang

Bersepeda dihormati

Jalan khusus sepeda

Rental sepeda dengan aplikasi

Mungkin Pulau Penang berada di kawasan strategis di Selat Malaka yang sudah menjadi lintasan dunia perdagangan sejak jaman dahulu. Oleh sebab itu dipercaya sejak 200 tahun yang lalu, orang – orang Eropa dan Asia sudah masuk ke Penang dengan berbagai kepentingan. 

Konsep rumah kuno yang masih terpeliharaAda tempat ibadah disudut jalan
 

Vihara Kwan Im (Tapak Tokong Kuan Yin)

Vihara Kwan Im

Vihara Kwan yin

Pendatang awal dari Etnis Tionghua di George Town adalah rombongan 500 orang Hokkien dari Kedah yang di undang oleh pihak Inggris bersama keluarganya. Mereka menetap di Lebuh China, yang kemudian berkembang menjadi jalur perdagangan yang pesat. Gelombang pendatang Tionghua lainnya dari daerah – daerah Selatan mengikuti dan berlayar ke Pulau Penang dan tinggal disekitar Lebuh China. Sebuah keramat pernah didirikan ditanah ini, namun kemudian diganti menjadi vihara Kwan Im dan Mah Chor Por yang merupakan wali  keramat para pelaut. Tanah vihara ini dihadiahkan pihak Inggris, digunakan sebagai tempat ibadah Buddha dan Taoisme. Vihara ini memainkan peranan sebagai pusat sosial, budaya dan agama bagi komunitas suku kantonis dan Hokkian. Sampai saat ini tetap berdiri dan ramai dikunjungi umatnya.

Ruang Utama Vihara Kwan yin

Kuil Shri Maha Mariaman

Kuil Shri Maha Mariaman

Tahun 1801, Pihak Inggris memberikan tanah kepada Betry Lingam Chetty, Kapitan (Ketua Adat) Tamil Hindu. Awalnya sebagai tempat suci, kemudian tahun 1833 dibangun sebuah kuil untuk komunitas India, karena jumlah pendatang India semakin bertambah. Orang Tamil India Selatan yang berasal dari berbagai latar belakang ekonomi dan pekerjaan membentuk komunitasnya dan menetap bersama disekitar jalan yang sekarang dipanggil “Little India”. Kuil Shri Maha Mariaman di Lebuh Queen, tempat dimana masyarakat ini berkumpul untuk kegiatan keagamaan, diyakini merupakan kuil tertua di Malaysia.

Gereja St. George

Gereja George Town

Gereja Anglikan ini didedikasikan oleh para pendatangdan pedagang dari Eropa yang mengikuti kedatangan Kapten Francis Light yang ingin mengambil peluang menjalankan perdagangan di kawasan Timur. Pada tahun 1800 sebuah gereja Anglikan di bangun dan kemudian diresmikan pada tahun 1818 oleh Gubernur Pulau Pinang. Terletak di persimpangan Lebuh Farquhar dan jalan Masjid Kapitan Keling (dulu dikenal dengan Pitt Street). Gereja ini berada di kawasan komunitas orang Eropa. Saat ini bangunan disekitarnya telah menjadi bangunan kantor pemerintahan dan sekolah.

Arsitektur Gereja George Town

Masjid Kapitan Keling

Masjid ini dikaitkan dengan salah satu golongan pendatang pada mulanya, yaitu Muslim keturunan India Chulia dari India Selatan. Golongan saudagar ini memulai usahanya di Lebuh Chulia dan kemudian di kawasan sekitar masjid termasuk Kampung Kolam, Lebuh Buckingham dan Lebuh Ah Quee.

Masjid Kapitan Keling

Satu kunjungan oleh Popham pada tahun 1792 menemukan struktur bangunan atap bernama “Masjid Chulier” yang terletak di Pekan  Melayu. Masjid ini mungkin menjadi rumah ibadah pertama mereka. Dibawah pengawasan Kapitan Cauder Mohuddeen atau lebih dikenal dengan “Kapitan Keling”, sebuah masjid yang lebih besar didirikan pada tahun 1803. Terletak diantara Lebuh Chulia dan Lebuh Buckingham, diatas tanah yang diberikan oleh Syarikat Timur India Inggris.

Masjid Melayu Lebuh Acheh

Sebuah peta yang diterbitkan oleh Lauric dan Whittle pada tahun 1798 menandakan kawasan sekitar Lebuh Acheh dan Lorong Lumut sebagai Pekan Melayu. Ianya nerupakan kawasan dimana masyarakat Melayu Bandar awalnya mendirikan rumah – rumah dan tempat usaha mereka. Masjid Melayu dibuka disini pada tahun 1808 oleh Tengku Syed Hussain Al – Idid, seorang pedagang  lada hitam Muslim – Arab yang kaya dari Aceh, Sumatera.

Masjid Melayu Lebuh Acheh Jalan Masuknya Kecil

Ketika Pulau Penang menjadi labuhan persinggahan bagi lalu lintas laut Singapura – Jeddah, tempat ini berkembang menjadi tempat pertemuan utama para jemaah haji di Mekah.

Masjid Melayu Lebuh Acheh

Dalam kawasan masjid terdapat rumah – rumah bungalow yang terbuat dari kayu dan ornamen batu yang halus dan terdapat juga tempat berwudhu dan kuburan orang Aceh.

Cerita – cerita diatas terlihat agak rumit dan serius, tapi itulah sejarah yang perlu kita ketahui dan saya ambil dari berbagai sumber. Agar dikemudian hari berguna bagi yang ingin mengetahui sebagian dan sejarah pulau Penang dan perkembangan dari kehidupan berbagai suku bangsa dan agama yang ada disana.

Rumah etnis IndiaTerima goni botot

2 Comments
  1. Leni says

    Klayapan.com memberikan informasi yg sangat bergunaaa. Thankyouuu

  2. ika suang says

    bagus liputannya … sukses selalu ya klayapan.com

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Skip to toolbar