Suasana Pedesaan Amphawa Floating Market, Thailand

Amphawa Floating Market, Thailand – Bila sebagian besar orang lebih mengenal Pasar terapung (floating market) Damnoen Saduak, maka Amphawa Floating Market agak sedikit dikenal orang. Selain tidak terlalu ramai, juga mungkin untuk areal wisatanya tidak terlalu luas. Gaya pengunjungnya juga sedikit agak beda. Orang lokal lebih suka libur akhir minggu diwilayah ini dibanding dengan wisatawan mancanegara. Situasi di Amphawa kelihatan lebih originil dan lebih ke suasana pedesaan Thailand.

Jaraknya sekitar 50 km dari kota Bangkok, masih di propinsi Samut Songkhram dan dipercaya pasar terapung ini sudah ada sejak pertengahan abad ke 17. Jaraknya kelihatan dekat, tapi waktu tempuh nya bisa 2 jam. Tempat ini juga menjadi daya tarik wisata kuliner yang tumbuh disekitar sungai, selebihnya adalah souvenir. Demikian juga hotel yang berbentuk homestay banyak sekitar kiri kanan sungai. Dari rumah penduduk sampai yang kelas sedikit agak mewah. Berbagai jenis makanan ada disana, aneka jajanan manis, asin, mentah semuanya tersedia. Dari kelas perahu sampan sampai ke kelas café dengan live musicnya. Seafood nya juga sangat menantang dan sebagian yang jualan berada di atas kapal kayu, sedangkan kita yang makan di pinggiran sungai. Ciri khas floating market memang jualan diatas perahu sampan. Sebenarnya daerah Amphawa juga dikenal dengan kuil Buddha, tempat orang lokal berziarah. Namun saat itu kami tidak berkeliling sungai.

Homestay disepanjang sungai

Makanan seafood disampan

Kebetulan kami tidak sendiri kesana, tapi dibawa oleh para sahabat kami, Chakkrit Khruewan, Katalewan Intarachote dan Nongnuck Mahakayanant yang merupakan penduduk lokal. Sehingga tidak perlu lagi mencari-cari lokasi untuk spot foto. Kami juga diajak untuk mencoba makanan lokal seperti somtham, dll. Memang untuk sarapan pagi, makan malam dan makan siang, tidak dilakukan disana. Tapi dibawa ke tempat yang menurut mereka lebih enak. Kami juga bermalam di villa yang ada disekitar sungai. Satu rumah ada 2 kamar tidur, ruang tv, toilet dan beranda yang menghadap sungai.

Kondisi air sungai yang sangat kotor, tidak ada bedanya dengan sungai Deli yang ada di Medan, tidak mempengaruhi wisatawan yang datang kesana. Tempat peristirahatan atau homestay disekitar sungai dibuat senyaman mungkin buat para penghuninya untuk menatap setiap aktivitas yang dilakukan disepanjang sungai.

Amphawa menjelang malam

Selain kuliner dan belanja souvenir lokal, spot untuk hunting sunset ternyata ada juga. Yaitu dari sisi jembatan yang menghadap ke Barat. Walaupun hari ini tidak dapat sunset karena kondisi cuaca yang lagi musim hujan, namun perpaduan blue hour di saat langit menjelang malam sudah mampu menghidupkan suasana lampu kiri kanan sungai.

Pencerahan di pagi hari

Biksu mendapatkan bekal dipagi hari dari masyarakat sekitar sungai

Dipagi-pagi sekali, kehidupan disekitar sungai agak berbeda. Disaat toko-toko belum buka, ada 2 orang biksu naik sampan berkeliling disekitarnya. Baik penduduk lokal maupun wisatawan yang ada disekitar homestay memberikan makanan atau sesuatu kepada para biksu tersebut. Mereka didoakan, dan biksu juga memberikan cenderamata. Moment ini bisa didapatkan sampai pukul 7.00 pagi waktu setempat. Sepertinya waktu Indonesia bagian barat dengan dengan waktu yang ada di Thailand. Kalau diperhatikan masyarakat Thailand sangat hormat dengan biksu. Dari mulai anak-anak usia sekolah sampai orang tua. Dari pengamatan saya, setiap berpapasan dijalan, mereka selalu memberi salam hormat kepada biksunya. Sungguh merupakan tradisi yang sudah luntur saat ini dibelahan dunia lainnya.

Terima kasih sudah singgah di artikel tentang Amphawa Floating Market, Thailand.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Skip to toolbar