Pesona Gili Trawangan

Gili Trawangan merupakan pulau terbesar dan terluar diantara ke tiga pulau kecil di sebelah Barat Laut Lombok. Kedua pulau lainnya yang tidak kalah menarik adalah Gili Air dan Gili Meno. Adapun arti gili dalam bahasa Lombok adalah pulau kecil.

Niat saya untuk mengunjungi pulau kecil yang konon pada zaman dahulu merupakan tempat pembuangan para nara pidana ini akhirnya terwujud pada pertengahan bulan Juli 2013. Bersama dengan teman-teman, kami berangkat dari Senggigi menuju bangsal, dan demi menghemat waktu kami rela merogoh kocek lebih untuk mencarter speed-boat yang harganya jauh lebih mahal daripada kalau kami menumpangi public boat. Dengan disuguhi pemandangan Gunung Agung di sebelah kanan dan Gunung Rinjani di sebelah kiri, sampailah kami ke dermaga  Gili Trawangan yang hanya merupakan dermaga polos tanpa bangunan.

Gili Trawangan merupakan pulau bebas polusi, tidak di perbolehkan kenderaan bermotor disini. Alat transportasi yang paling populer adalah Cidomo dan sepeda sewaan. Cidomo yang merupakan kendaraan khas Lombok memang sangat unik. Perpaduan antara cikar, dokar dan mobil. Bodi sih cikar tapi ditarik oleh kuda dan menggunakan ban mobil.Untitled-2

Saya dan teman-teman memutuskan memilih menyewa sepeda untuk mengelilingi pulau mungil yang hanya mempunyai panjang 3 km dan lebar 2 km ini. Harga tawar menawar sepeda berjalan alot, dari harga 100 ribu perhari akhirnya berhasil di sepakati menjadi 50 ribu perhari. Setelah sepakat harga, kami mulai memilih sepeda masing-masing. Karena kami buta sama sekali terhadap komponen maupun merk sepeda, kami hanya memilih sepeda berdasarkan warna favorit. Menurut Kacong (pangilan untuk pengelola hotel di Lombok) hanya dibutuhkan waktu 1 jam untuk bersepeda mengelilingi pulau imut yang berpopulasi penduduk 800 jiwa ini. Kami memulai bersepeda ria dengan arah sesuai jarum jam. Walaupun saat kami bersepeda sangat tidak tepat karena matahari lagi teriknya, tapi semangat untuk melihat keindahan pulau kecil yang bermagnet besar ini tidak surut. Kulit boleh gosong tetapi semangat tetap kinclong.

Ternyata mengayuh sepeda di Gili Trawangan membutuhkan usaha yang gigih karena masih banyak jalan yang merupakan jalan pasir terutama di sebelah Barat, pemukiman penduduk  pulau lebih terkonsentrasi di sebelah Timur sehingga jalan disana sudah lumayan banyak yang di paving block. Sepanjang jalan bersepeda, kita di temani deburan ombak yang mecium bibir pantai yang dapat kita nikmati langsung karena Gili Trawangan tidak mempunyai hutan mangrove sama sekali. Ketika melewati Vila Ombak yang terkenal dengan pemandangan sunsetnya itu, kami menyempatkan diri untuk mengambil foto. Garis pantai dengan pasir putih di kombinasi dengan air laut yang biru jernih memang memancing decak kagum. ck ck ck

Selain kegiatan bersepeda dan naek kuda mengelilingi Trawangan, para wisatasan juga boleh melakukan scuba diving (dengan sertifikasi PADI) atau snorkeling. Peralatan snorkeling hampir dapat disewa di setiap penginapan yang ada di Trawangan dengan harga sangat terjangkau yaitu 100 ribu, sudah termasuk snorkeling ke Gili Meno dan Gili Air. Selain mempunyai pesona alam yang memukau, Trawangan juga merupakan satu-satunya pulau terkecil di dunia yang berani mengklaim mempunyai Irlandia Bar “Tir na Nog”. Wahhh.. “sesuatu” banget ya..

Untitled-3Disamping aneka ragam kegiatan untuk para wisatasan, yang tidak boleh dilewatkan adalah mengunjungi penangkaran penyu di Gili Trawangan. Seperti kita ketahui, penyu sudah menjadi salah satu satwa yang dilindungi di seluruh dunia karena habitatnya yang semakin sedikit. Penangkaran penyu di Trawangan ini sudah ada sejak tahun 2001. Bermula dari ide Pak Marjan yang lebih suka di panggil Mario agar mudah diucapkan oleh para turis asing yang membanjir disana. Ide Pak Marjan untuk melestarikan kehidupan penyu ini disambut hangat oleh perusahaan penerbangan Garuda, melalui perusahaan inilah ide pelestarian penyu pak Marjan yang semula dikelola secara pribadi dikembangkan. Andai saja di setiap pesisir pantai bumi Pertiwi ini ada orang seperti Pak Marjan, tentu  populasi penyu di Indonesia tidak berada dalam status nyaris punah.

Melihat awan yang tebal di bagian Barat Trawangan, pupus sudah harapan kami untuk melihat matahari terbenam pada hari itu, maka kami memutuskan untuk kembali dan mengunjungi kota Mataram. Sama seperti keberangkatn, perjalanan pulang juga cukup mulus, ombak dan angin sangat bersahabat. Sesampai di bangsal Senggigi, mobil carteran kami sudah menunggu untuk membawa kami mengitari kota Mataram (available stock photos / image)


Leave A Reply

Your email address will not be published.

Skip to toolbar